Select Menu

Sponsor

Select Menu
Terbaru

Headline

Terbaru

Berita

Artikel

Release

Fiqh

Keluarga

Muslimah

Video

Analisis

» » » Hijrahnya Ummu Salamah


Khilafah Baqiyah 20.43 0

Keberhasilan Islam dalam mendirikan sebuah Negara di kawasan gurun sahara yang penuh dengan kekufuran dan kebodohan merupakan hasil terpenting yang diperoleh Islam sejak dimulainya dakwah. Ketika itu kaum Muslimin dari mana-mana saling mengajak : Marilah pindah ke Yatsrib! Hijrah yang mereka lakukan itu bukan semata-mata untuk menjauhkan diri dari fitnah, gangguan dan ejekan kaum musyrikin Quraisy, tetapi sekaligus juga merupakan usaha bersama dan saling bantu mendirikan sebuah masyarakat baru di daerah yang aman.

           Di antara orang-orang yang dini berhijrah ke Madinah ialah Abu Salmah, isterinya dan anak lelakinya. Ketika mereka sudah bertekad bulat hendak meninggalkan Mekkah, sanak saudara dari pihak isterinya berkata kepadanya: “Nafsumu telah mengalahkan kami, apakah engkau tidak memikirkan bagaimana nasib isterimu itu? Tidak ada alasan bagi kami untuk membiarkan engkau pergi membawa isterimu ke perantauan!” Mereka lalu menahan isteri Abu Salmah dan melarangnya pergi. Sanak saudara Abu Salmah sendiri setelah melihat isterinya dilarang pergi mengikuti suaminya, mereka marah kepada sanak saudara isteri Abu Salmah. Mereka berkata: “Kalau begitu, kami tidak bisa membiarkan anak lelaki kami ini (yakni anak lelaki Abu Salmah) hidup bersama ibunya!” Anak lelaki Abu Salmah itu ditarik ke sana dan ke sini menjadi rebutan di antara sanak saudara dua orang suami isteri itu. Pada akhirnya anak lelaki itu dibawa pergi oleh sanak saudara Abu Salmah, Abu Salmah berangkat seorang diri ke Madinah. Setahun lamanya sejak berpisah dengan anak lelaki dan suaminya, isteri Abu Salmah selalu menangis. Salah seorang dari kaum kerabatnya yang merasa belas kasihan, kemudian berkata kepada sanak saudaranya: “ Apakah kalian belum juga mau membiarkan perempuan yang malang itu pergi menyusul keluarganya? Kalian sungguh kejam memisahkan seorang perempuan dari suami dan anak lelakinya!” Akhirnya mereka memberitahu isteri Abu Salmah, bahwa ia boleh pergi menyusul suaminya, bila mau. Setelah minta supaya anak lelakinya dikembalikan dari tangan kaum kerabat suaminya, perempuan itu berangkat bersama anaknya hijrah ke Madinah.

            Ketika Shuhaib hendak berangkat hijrah ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy berkata kepadanya: “Ketika baru datang di tengah-tengah kami engkau adalah seorang gelandangan yang hina dan melarat. Kemudian di tengah-tengah kami engkau menjadi seorang yang berharta dan dapat mencapai apa yang engkau inginkan. Apakah sekarang engkau hendak pergi membawa harta kekayaanmu? Tidak, itu tidak boleh terjadi!” Shuhaib menjawab: “Apakah kalau semua harta kekayaanku kuserahkan kepada kalian, kalian akan membiarkan aku pergi?” Mereka menyahut: “Ya….tentu!” Kalau begitu, sekarang juga seluruh kekayaanku kuserahkan kepada kalian….” Ia melaporkan peristiwa itu pada Rasulullah Saw. Beliau menanggapinya dengan ucapan: “Shuhaib mendapat laba (keuntungan)

            Demikianlah cara kaum Muhajirin meninggalkan Mekkah, ada yang berangkat dalam bentuk rombongan dan ada pula yang berangkat secara perorangan, satu demi satu, hingga Mekkah hampir kosong dari orang-orang yang memeluk agama Islam. Kaum Musyrikin Quraisy merasa bahwa Islam sekarang telah mempunyai daerah dan perbentengan sendiri yang sanggup melindungi keselamatannya. Mereka takut menghadapi tahap penting dari proses da’wah Risalah Muhammad Saw. Mereka sedemikian beringas bagaikan binatang buas yang takut akan kehilangan nyawanya.

            Ketika itu Muhammad Saw masih berada di Mekkah. Bisa atau tidak beliau harus menyusul para sahabatnya, entah hari ini entah esok. Beliau harus segera bersiap-siap sebelum datang gilirannya.

Sumber : Muhammad Al-Ghazali, Fiqhus Sirah, Al-Ma’arif, Bandung

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply