Select Menu

Sponsor

Select Menu
Terbaru

Headline

Terbaru

Berita

Artikel

Release

Fiqh

Keluarga

Muslimah

Video

Analisis

» » Bantahan Syubhat "Gaun Khalifah" Abu Qatabah


Khilafah Baqiyah 07.14 0

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘Alamin, dan tidak ada pembalasan aniaya kecuali terhadap orang-orang dhalim. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul paling mulia

Muqaddimah Bantahan:

Muslim meriwayatkan di dalam Shahih-nya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

إن الله رضي لكم ثلاثاً، أولاً أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئاً، ثانياً أن تعتصموا بحبل الله جميعاً ولا تفرقوا، ثالثاً أن تناصحوا من ولاه الله أمركم

 “Sesungguhnya Allah meridloi tiga hal bagi kalian, pertama kalian mengibadati Allah dan kalian tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya, kedua kalian berpegang teguh pada tali Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai, dan ketiga kalian bersikap tulus kepada orang yang Allah jadikan sebagai pemimpin kalian.”.

Ruang-lingkup Islam itu adalah di atas hadits ini. (Pertama), Tauhid yang murni kepada Allah yang di dalamnya ada makna perealisasian rukun pertama tauhid yaitu kufur kepada thaghut, yaitu mengkafirkan thaghut dan para penyembahnya serta berlepas diri dari keduanya sebagaimana ia adalah millah Ibrahim. Hal Kedua, adalah berpegang teguh pada Imamul muslimin dan kita tidak bercerai-berai. Dan (ketiga) kita memberikan ketulusan nasihat kepada (imam) itu dengan etika-etika nasihat tanpa upaya menimbulkan fitnah dan perpecahan. Begitulah islam dipahami oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’ittabi’in. Akan tetapi kita di zaman ini ditimpa bencana dengan keberadaan orang-orang yang mengaku dakwah kepada islam bahkan di antara mereka ada yang mengklaim berilmu dan jihad, sedangkan mereka itu sangat jauh dari dua pilar yang telah Allah ridloi itu, yaitu tauhid dan millah ibrahim, dan bersatu di atas satu khalifah kaum muslimin. Merekalah orang-orang sesat lagi menyimpang yang mengaku berada di barisan dakwah islam.

Di mana mereka itu ada beberapa macam tingkatan:

Pertama: Pihak yang mengajak kepada syirik secara langsung dan masuk ikut di dalam pemilu syirik, dan di antara mereka itu ada yang bekerja sebagai hakim (thaghut) dan pengacara, seperti jajaran Al Ikhwan Al Muslimin. Mereka itu sudah berganti (agama) dan telah melakukan perubahan (prinsip).

Kedua: Pihak yang berfokus kepada ilmu dan mengaku dirinya menganut aqidah salaf, akan tetapi pada hakikat realitanya mereka itu membai’at para thaghut dan menjadikan para thaghut itu sebagai ulil amri, sehingga mereka itu telah melakukan penggantian prinsip dan telah merubahnya.

Ketiga: Pihak yang intisab kepada ilmu dan jihad, dan mereka tidak membolehkan masuk ke dalam parlemen syirik, akan tetapi mereka itu memegang tongkat dari tengahnya di mana mereka itu MENGUDZUR dengan sebab KEJAHILAN dan TAKWIL di dalam SYIRIK AKBAR, sehingga mereka itu masih menganggap para pelaku kemusyrikan akbar itu sebagai saudara-saudara mereka, BAHKAN bala tentara (militer) thaghut-pun tidak mereka kafirkan dengan alasan kebodohan dan takwil, dan mereka tidak mengkafirkan kecuali para pemimpinnya saja, sehingga dengan sikap ini mereka telah menyia-nyiakan pilar-pilar tauhid yang telah diijmakan oleh para ulama, yang di antaranya adalah bahwa tata-cara kufur kepada thaghut itu adalah mengkafirkan thaghut dan para penyembahnya. Orang-orang itu, mereka mengkafirkan para taghut namun tawaqquf perihal status para penyembahnya dan malah masih menganggapnya sebagai saudara-saudara mereka seraya melakukan takwil. Dan atas dasar ini mereka mencap orang-orang yang merealisasikan tauhid di saat mengkafirkan thaghut dan para penyembahnya dengan cap sematan ghuluw, khawarij, haruriy dan takfiriy. Inilah kelaziman madzhab mereka yang batil, yaitu bahwa orang yang tidak memahami tauhid menamakan orang yang memahami tauhid dengan sematan nama bahwa dia itu ghuluw, takfiriy dan bagian dari khawarij, sebagaimana orang-orang sesat dari kalangan ulama yang sezaman dengan syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab menyebut beliau sebagai takfiriy, khawarij dan orang ghuluw. Dan itulah sejarah yang kembali berulang. Inilah barisan macam (Abu Bashir) Ath Thurthusiy, Abu Qatadah dan yang lainnya, namun mereka itu disamping kesesatan ini malah menambahkan kesesatan yang lain, di mana mereka mengharamkan atas umat bersatu di bawah satu khalifah kecuali bila telah datang tamkin akbar (total) dari ujung Indonesia sebelah timur sampai Andalusia sebelah barat supaya umat itu bisa bersatu di bawah satu khalifah. Sedangkan orang yang menggantungkan khalifah terhadap syarat ini, maka dia itu mengaitkan sesuatu terhadap hal yang mustahil, dengan makna bahwa dia itu menggugurkan penegakan khilafah islamiyyah bagi umat dan bahwa umat ini boleh cerai-berai, pecah-belah terhadap banyak kelompok dan barisan qitaliyyah. Dan dengan ini berarti dia sesat di dalam (memahami) makna tauhid, dan dia telah menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إن الله رضي لكم ثلاثاً، أولاً أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئاً، ثانياً أن تعتصموا بحبل الله جميعاً ولا تفرقوا، ثالثاً أن تناصحوا من ولاه الله أمركم

“Sesungguhnya Allah meridloi tiga hal bagi kalian, pertama kalian mengibadati Allah dan kalian tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya, kedua kalian berpegang teguh pada tali Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai, dan ketiga kalian bersikap tulus kepada orang yang Allah jadikan sebagai pemimpin kalian.”.

Maka perhatikanlah Suriah umpamanya, berapa banyak kelompok qital yang mengaku berperang, dan bagaimana ia itu cerai-berai lagi terpisah-pisah yang akhirnya dimanfaatkan oleh para thaghut di dalam membentuk Shahawat. Di Bosnia dulu dibentuk banyak kelompok jihad yang berperang, akan tetapi yang memetik hasilnya adalah Ali ‘izzat yang menerapkan sekulerisme dan menyerahkan mujahidin kepada Amerika. Di Afghanistan di masa Hekmatyar, Sayyaf dan Rabbani ada banyak kelompok-kelompok perlawanan yang tidak berpegang pada satu Amirul Mu’minin dan tidak mengedepankan Tauhid yang murni, hanya perang untuk perang, dan saya sendiri saat itu ada di sana pada era tahun 90 memberikan nasehat kepada para panglima agar bersatu di bawah satu Imam yang berasal dari keturunan Quraisy dan di atas tauhid yang murni, maka jawabannya adalah justeru tuduhan bahwa kami ini menggembosi jihad. Tatkala Kabul-pun jatuh pada tahun 92 dan terjadi apa yang kami dulu hati-hatikan darinya yaitu bahwa perang itu bila tidak dilakukan di bawah satu imam, maka hasilnya akan diambil diberikan kepada Amerika, dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda di dalam hadits shahih bahwa Imam itu adalah perisai yang dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat berlindung.

Setelah Kabul jatuh sedangkan ribuan orang arab telah terbunuh, tiba-tiba datanglah Amerika dengan pemerintahan demokrasi yang beraliran shufi lewat jalur Pakistan dan ia mengangkat thaghut Shibghatullah Mujaddidi yang mengatakan di dalam Kitab-nya “Al Aqthab Al Arba’ah” bahwa alam ini memiliki empat aqthab dari kalangan wali-wali Allah yang shalih di mana merekalah yang mengatur urusan manusia dan semua makhluk, di samping itu juga ia datang membawa sistem demokrasi, sedangkan orang yang paling pertama membai’atnya adalah Hekmatyar “Jaulaniy-nya Al Qa’idah di Afghanistan” dan dia itu adalah panglima tertinggi yang mana orang-orang arab berperang di bawah komandonya serta dialah orang yang dipuji-puji oleh Abu Qatadah. Hekmatyar ini membai’at Mujaddidi Ash Shufiy yang merupakan presiden dan Hekmatyar adalah wakilnya, Sayyaf adalah menteri pendidikan, sedangkan Rabbani dan Syah Mas’ud adalah dua menteri pertahanan. Pemerintahan sekuler dibentuk dan orang-orang kafir yang memetik hasil.

Begitu juga di Libiya, Abdul Hakim Balhaj yang menganggap Abu Qatadah sebagai mentoring jihad, sedangkan Balhaj ini adalah tergolong panglima Al Qa’idah di Libiya dan dia pernah dipenjara di Guantanamo, akan tetapi dia itu mengambil fatwa Abu Qatadah bahwa jihad difa’ itu tidak disyaratkan apapun termasuk aqidah, sehingga dia mengambil fatwa batil ini dan dia berperang bergandeng tangan dengan gerakan-gerakan sekuler dan sosialis melawan Mu’ammar Qadzafi, dan setelah kejatuhan Tripoli dan terbunuhnya Qadzafi maka orang-orang kafir pula yang memetik hasil dan dibentuklah pemerintahan demokrasi, dan pada akhirnya Abdul Hakim Balhaj yang asalnya adalah salah satu panglima dari sekian panglima Al Qa’idah dan Jama’ah Islamiyyah (JI) menjadi Direktur Lembaga Anti Teror.

Begitu juga apa yang dilakukan Al Jaulaniy di Syam, dia bukan hanya tidak ingin tegaknya Khilafah Islamiyyah, tapi perang demi untuk perang, dia memisahkan diri dari Daulah atas dasar itu dan dia tergusur mengikuti Ahrarusy Syam yang merupakan elemen utama Shahawat, dia tergiring mereka untuk memerangi Daulah Islamiyyah. Begitulah setiap orang yang berperang tanpa aqidah yang jelas dan tidak mempraktekkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

انما الامام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به

“Imam itu hanyalah perisai yang dilakukan perang di belakangnya dan dijadikan tempat berlindung,” maka dia itu akan dihantam berbagai fitnah dikarenakan dia tidak memiliki perisai dan buah-pun selalu dipetik oleh Amerika dan akhirnya demokrasilah yang diberlakukan.

Oleh sebab itu Amirul Mu’minin hafidhahullah wa ra’ahu memahami benar pola yang berbahaya ini, sehingga agar jihad Syam ini tidak lenyap sia-sia maka beliau mendeklarasikan secara terang-terangan berdirinya Khilafah Islamiyyah ‘Ala Minhaj An Nubuwwah. Maka dongkollah Abu Qatadah sebagaimana biasanya tidak menginginkan manusia itu bersatu dan memiliki perlindungan dan menyatakan ketauhidan yang murni, dikarenakan hal itu bertolak belakang dengan hawa nafsunya dan manhaj-nya yang batil yang telah dia ajarkan kepada manusia. Di mana semestinya dia itu mengumumkan taubat dan rujuk kepada Al haq, ternyata dia malah bersikukuh di atas kebatilan dan mengerahkan pena-nya untuk menghadang Al Haq, sehingga dia mengeluarkan statement yang busuk lagi rendahan yang di dalamnya dia mengkaburkan Al Haq dengan kebatilan yang dia beri nama “Tsiyaabul Khaliifah/Gaun Khalifah”, begitu dia beri nama tulisannya dalam rangka memperolok-olok. Dan dengan karunia Allah kami telah membantahnya dengan bantahan yang ilmiyyah dan di dalamnya kami telah menjelaskan kebohongan-kebohongannya yang dia lakukan di dalam statement itu serta kami lenyapkan pengkaburannya atas manusia. Maka saya memulainya seraya meminta pertolongan Allah.

Inilah muqaddimah ringkas perihal macam-macam manusia dalam menyikapi tauhid, sedangkan tauhid adalah hal yang Allah ridloi bagi kita.



Bersambung, bi ‘idznillah…

Penulis: Syaikh Abu Umar Al Kuwaitiy
Sumber: dawlaisis.blogspot.com 16 Juli 2014M
Alih Bahasa: Abu Sulaiman Al Arkhabiliy

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply